Indonesia!! Hari ini kau genap berusia 66 tahun. Umur yang cukup tua untuk seorang manusia, tapi apakah cukup pantas pula dikatakan sebagai negara yang dapat merdeka dalam mensejahterakan rakyatnya? Tanyakan kepada Pak Harto, Pak Habibi, Gus Dur (eh, sudah almarhum..jadi ga bisa ditanya), Bu Mega, Pak SBY, dan pada masing-masing dari kita, sebagai rakyatnya. Banyak yang bilang, umur tidak menjamin kedewasaan seseorang, tetapi harusnya sih korelasinya positif. Begitu pula dengan negara..
Sedikit intermezzo, sore ini, seperti biasa saya main-main ke Depok (bukan main-main juga, sih.. istilahnya adalah.. mencari segenggam berlian dan pahala). Niatnya, saya mau mampir ke Era, tempat saya biasa nge-print atau bikin buku (eh, promosi). Tidak pintarnya, saya lupa kalau hari ini adalah hari libur. Alhasil, banyak perkantoran yang meliburkan pegawainya dan tutup... termasuk tempat yang ingin saya datangi. Jadilah ke Depok hanya mampir. Nggak masalah sih, tapi yang sedikit mengganggu adalah volume kendaraan di Depok yang na'udzubillah hari ini kok gede banget. Jalanan padat oleh mobil, motor, bis, angkot,...macam-macam kendaraan bermotor semua tumplek blek. Terbayang sudah berapa cc asap kendaraan-kendaraan itu mampir ke paru-paru saya. Eh benar saja, sampai rumah..langsung pusing dan batuk-batuk. Ini membuat saya berpikir bahwa memang sudah seharusnya volume kendaraan itu dikurangi, nggak hanya di Depok, mungkin di Jakarta lebih parah jumlahnya. Dimulai dari diri sendiri, suatu hari harus pakai mobil, karena 1 mobil itu bisa menampung penumpang dalam kurang lebih 4 motor. Amiiin.. Ya Allah...
Lanjut...
Pagi tadi, saya mengikuti upacara digital di sini :
http://www.id-optimis.org/upacara/# . Keren. Ngga perlu berdiri lama-lama, bisa sambil ngemil2 (eh, puasa ding), tapi tetep dapet soul-nya. Mantep banget pas dengerin gimana beberapa pembina upacara dengan semangatnya mengajak para peserta upacara untuk memaknai kembali semangat kemerdekaan,.. teringat kata-kata Pak Anies Baswedan bahwa pemimpin itu tidak membawa ratapan, pemimpin itu membawa harapan. Mantep banget, cuy.
Di sela-sela mengikuti upacara, salah satu teman saya mengunggah foto di BBM grup, berikut fotonya:
Caption-nya adalah "Refleksi Kemerdekaan". Komen pertama dan kedua bernada kasihan, komen ketiga rada ajaib "Klo seandainya veterannya sendiri yang pengen makan di situ gimana? Padahal panitia udah menyiapkan meja, hehe", lalu saya sambut dengan ketawa "Wkwkwkwkwk" (ketawa gaul), terus dia nambahi "Hehehe.. ga semua yg kita liat itu memprihatinkan. Hehe. Jangan terlalu didramatisir. Hehehe"
Menurut saya, ada benarnya, ada juga kurangnya. Benernya, jangan melihat sesuatu dari hal yang ditampakkan. Bener juga, kalau memang kakek itu pengen makan di situ, kan kita ngga tau (tapi kalau misal liat makannya nasi bungkus gitu agaknya juga ga disediain meja,deh). Kurangnya, dengan siapapun, baik dia veteran maupun bukan (ya khususnya veteran yang sudah berjasa untuk memerdekakan negara kita), sebaiknya kita bersikap lebih peduli. Setiap ada veteran yang hidupnya kurang layak di zaman sekarang, kita selalu saja menyalahkan pemerintah karena kurang memperhatikan beliau-beliau. Padahal, itu juga menjadi suatu kewajiban bagi kita, sesama saudara muslim dan saudara sebangsa, untuk membantunya. Tidak bijak bila kita menuntut pemerintah padahal kita sendiri belum berbuat apa-apa untuk mereka. Merdeka tapi kok yang memerdekakan sekarang jadi ngga merdeka? Berarti kan belum sepenuhnya, padahal umur merdeka sudah cukup lama, 66 tahun. Jadi, arti merdeka ada pada diri masing-masing, yang terefleksi pada negara lewat kemajuannya, lewat kesejahteraan penduduk yang tinggal di dalamnya. So, kami berjanji, sebagai generasi muda, akan berusaha sekuat tenaga dan segenap cinta, untuk mengharumkan namamu kapanpun dan di manapun kami berada. Hidup Indonesia! :)
Gambar-gambar adalah hasil dari googling
0 komentar:
Post a Comment